Kamis, 20 Mei 2010

Silsilah Simarmata

Seperti marga batak lainnya, silsilah (tarombo) Simarmata juga dimulai dari Sirajabatak yang merupakan nenek moyang dari seluruh bangsa batak.
Sirajabatak mempunyai dua orang anak yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isombaon(Ompu Tuan Nabolon). Simarmata merupakan keturunan dari Raja Isombaon. Sampai sekarang, keturunan Raja Isombaon dinamai sebagai keturunan (pomparan ni) Nai Ambaton yaitu menurut nama ibunya.

Raja Isombaon mempunyai 4 orang anak yaitu: Simbolon Tua, Saragi Tua, Tamba Tua, Munte Tua. Dari keempat marga induk inilah lahir berpuluh-puluh marga batak. Marga Simarmata sendiri merupakan keturunan dari Saragi Tua yang mempunyai 2 orang putera yaitu Ompu Tuan Binur dan Ompu Partumpuan (Ompu Saragi).
Ompu Tuan Binur yang merupakan ayah Simataraja, kawin dengan Bunga Ria boru Manurung, puteri Raja Manurung yang tinggal di Sihotang. Ompu Tuan Binur kemudian mendirikan kampung yang bernama Huta Namora di Rianiate, dekat Pangururan.
Ompu Tuan Binur kemudian dikaruniai 4 orang putera yaitu Lango Raja, Saing Raja, Mata Raja dan Deak Raja dan dua putri. Kedua puterinya kawin dengan Sihotang Marsoit dan Limbong Naopatpulu.
Putera ketiga dari Ompu Tuan Binur yaitu Simataraja, kemudian kawin dengan puteri Raja Saudakkal dari Limbong Mulana, bernama Lahatma boru Limbong Sihole, dan selanjutnya mereka tinggal di suatu daerah yang kemudian dinamai Simarmata. Dari perkawinannya, Simataraja mempunyai tiga orang putera yaitu: Halihi Raja yang kawin dengan Naolo boru Sihaloho dari Janji Maria Parbaba, Dosi Raja yang kawin dengan Bungahom boru Malau dari Rianiate, dan Datuktuk Raja yang kawin dengan Tiarma boru Sinaga Uruk dari Batu Upar, Urat.
Kepada ketiga puteranya Simataraja kemudian membagikan tanah Simarmata. Halihi Raja memperoleh Huta Uruk, Dosi Raja memperoleh Huta Toguan (Toruan), dan yang bungsu Datuktuk Raja memperoleh Huta Balian. Diduga ketiga putra Simataraja ini hidup sekitar tahun 1550.
Ketiga putera Ompu Simataraja inilah yang menurunkan marga Simarmata dan menyebar keberbagai penjuru, terutama ke daerah pantai Sumatera ditepian pantai Danau Toba, baik kearah Timur, Tenggara maupun Barat, diantaranya ke Simalungun, Karo, Dairi, Humbang, Sibolga, Pematang Siantar, Binjai dan kota-kota lainnya di Sumatera, Jawa, bahkan ke seluruh Indonesia dan Dunia. Untuk lebih detail lihat TAROMBO SIMARMATA.

Simarmata menjadi Saragih dan Ginting

Bila diperhatikan sepintas, bahwa raja-raja penguasa tanah Simalungun hanya terdiri dari empat marga yaitu Saragih, Damanik, Purba dan Sinaga. Saragih merupakan keturunan Raja Isombaon dari puteranya Saragi Tua.
Keturunan Simataraja marga Simarmata yang datang belakangan ke Simalungun, kemudian mengikuti marga dongan tubunya Saragi yang di Simalungun menjadi Saragih. Belakangan setelah kekuasaan raja-raja berkurang, marga Simarmata yang tadinya menggunakan marga Saragih kembali memakai marga Simarmata. Namun mereka umumnya kesulitan untuk mengetahui siapa diantara ketiga Ompu anak Simataraja, yang menjadi leluhurnya. Kebanyakan dari mereka menempati pesisir pantai di hadapan Pulau Samosir, seperti Tigaras, Haranggaol, Silalahi dan desa-desa disepanjang pantai tersebut. Konon kabarnya perpindahan generasi ini sudah berlangsung antara tujuh sampai sepuluh generasi.
Selain ke Simalungun, marga Simarmata juga sampai ke tanah Karo. Seorang penulis di Harian Sinar Indonesia Baru, pernah menulis bahwa Simarmata datang ke tanah Karo melalui Dairi. Di tanah Karo mereka menggunakan nama Garatama (merah mata). Kampung yang mula-mula mereka tempati adalah kampung Lau Lingga(sekarang Kecamatan Juhar). Di sini, Garatama mengganti namanya menjadi Matangken dan marganya Ginting.

Mangohal Holi holi

adalah salaha satu ciri ada batak
ya itu menaikan tulang orang ( keluarga ) yang telah meninggal ke dalam tugu,
namun tidak semudah itu, ada aturan yang harus di ikuti...


bila ingin menaikan tulang tulang kedalam tugu harus ada acara yang di lewati karna itu salah satu adat batak yang sangan inti
mereka harus membuat acara dengan pesta.Keseluruhan rangkaian acara diiringi musik tradisional Batak yang terdiri dari sarune, Ogung, serta gondang sabangunan Batak. Musik tradisional itu dipercaya membuat pesta adat menghadirkan sahala para leluhur
yang di sebut dengan gondang batak,
Ritual mangongkal holi dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua termasuk di dalamnya kakek dan leluhur.


Upacara adat Batak Toba memindahkan tulang belulang leluhur ke tugu/ pemakaman baru. Mangohal Holi (baca: mangokkal holi) artinya "menggali tulang" ini, adalah simbol penghormatan kepada leluhur dan bisa juga menjadi simbol keberhasilan suatu keluarga.

parna ( poparan Naiambaton )

 Simbolon tua
  Sitanggang
  sigalingging
  dajawak
  damunte
  sumbayak
  Siadari
  Siallagan
  Siambaton
  Sidabalok
  Sidabungke 
 Sidabutar
  Sigalingging
  Sidauruk
  Sijabat
  Simalango
  Simanihuruk
  Simarmata
  Sitio
  Tamba
  Tinambunan
  Tumanggor
  Turnip
  Turuten
  Bancin
  Banurea
  Boang menalu
  Brampu
  Brasa
  Bringin
  Dalimunte
  Gajah
  Garingging
  Ginting
  Haro
  Kombih
  Maharaja
  Manik kecupak
  Munthe
  Nadeak
  Nahampun
  Napitu
  Pasi
  Pinayungan
  Saing


inilah poparan Naiambaton..
Begitu banyaknya marga Parna
Merka ada simbol yang selalu di ingat
yaitu. : Lagu Parna
Padan ni Raja Naiambatoni
Ima padan nasoboi oseon
Si ingoton ni angka pinomparnai
Diparrohahon mai denggan-denggan
Ditikki mambahen pesta parna i
Tung tarida do sada ni roha
Naso jadi marsiolian parnai
Diparrohahon mai denggan-denggan
REFF:
Naimbaton baima parna
sitokka doi dainang
sitokka doi dainang marsiolian
Ai molo disimalungun parnai
disaragihon ma muse margana
lao muse tu Tano Karo parnai
Dibahen madisi marga Ginting
Ai molo ditano Pakpak parnai
dibahen ma Banurea
lao muse ma da tu selatan parnai
dibahen ma disi Dalimunthe
REFF:
Sadia godang anak ni parna
tung naso jadi doi

ada pun yang blom tertulis disini tolong di beri tahu..